Bumi dan segala isinya dari masa ke masa selalu mengalami perubahan. Perubahan kondisi, cuaca, budaya, sistem, sains dan teknologi, gaya hidup dan lain sebagainya. Semua perubahan ini saling berhubungan erat dan menciptakan sebuah sejarah bagi peradaban dunia. Tidak bisa dipungkiri juga, sangat berhubungan erat dengan manusia; sang Khalifah fil ardl.
Manusia mempunyai peran andil dalam mengubah peradaban dunia. Kerena pada dasarnya, alam ini adalah sebuah tanggungjawab yang harus dipikul oleh manusia. Allah telah memberikan amanah itu kepada manusia yang bahkan langit dan bumi pun enggan memikulnya. Seperti ungkapan Al Qur’an:
“Kamilah yang menawarkan amanah itu kepada langit dan bumi, serta gunung-gunung. Tetapi mereka enggan memikul dan takut menerimanya. Maka manusialah yang memikulnya; tetapi ia memang zalim dan bodoh.” (QS Al-Ahzab [33]: 72)
Manusia mempunya tempat dan keistimewaan tersendiri dari pada makhluk-makhluk tuhan yang lain. Karena keistimewaan inilah, terkadang membuat manusia melupakan tugasnya kepada Allah. Manusia terlalu percaya diri, egois dan serakah. Panggung dunia memang terlihat mewah dan penuh dengan kesenangan belaka. Tetapi, secara bersamaan juga bisa memberikan efek candu dan menghipnotis penghuninya. Bodohnya, manusia tidak menyadari itu semua. Atau menyadari tetapi, sudah terlanjur terlena dengan kemewahan dunia yang tidak abadi. Lalu, bagaiman manusia mengendalikan semua ini?
Menurut Iqbal yang dikenal sebagai seorang penyair, politis, dan filsuf Islam besar abad ke-20, mengatakan bahwa Tuhan bisa menjadi rekan kerja manusia dalam membentuk nasibnya dan nasib alam semesta. Manusia membutuhkan hubungan religius kepada Allah untuk menjalankan amanah yang dia emban dan mengubah nasibnya dan nasib alam semesta. Tetapi, ini terlahir dari inisiatif manusia sendiri. Seperti yang diungkapkan Al Qur’an:
“Sesungguhnya Tuhan tidak akan mengubah nasib suatu kaum, sehingga mereka mengubah nasib mereka sendiri.” (QS Al-Ra’d [13]: 11)
Jika manusia tidak mempunyai inisiatif untuk mengubah hidupnya dan membiarkan Ia terlena dengan kemegahan semesta, menurut Iqbal, ruh di dalam dirinya akan mengeras membatu dan derajatnya terperosok sampai ke tingkat benda mati. Manusia juga harus memahami lebih mendalam tentang hakikat alam ini diciptakan. Alam diciptakan bukan semata-mata untuk manusia tetapi sebagai simbol atas kebesaran Allah SWT. Sebagaimana Al Qur’an ungkapkan:
“Tidaklah mereka lihat, bagaimana unta itu diciptakan? Ke arah langit, bagaimana ditinggikan? Ke arah gunung-gunung, bagaimana ditegakkan? Ke arah bumi, bagaimana dibentangkan?” (QS Al-Ghasyiyah [88]: 17-20)
Ayat di atas menjelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan manusia untuk perpikir menggunakan akalnya. Merenungi betapa kebesaran Allah menciptakan alam yang tidak ada tandingannya. Sains dan teknologi pun masih jauh tertinggal. Lebih jelas lagi kutipan ayat dari Al Qur’an berikut ini:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, silih bergantinya malam dan siang, bahtera yang berlayar di laut membawa apa yang berguna bagi manusia, dan apa yang Allah turunkan dari langit berupa air, lalu dengan air itu Dia hidupkan bumi sesudah mati (kering)-nya dan Dia sebarkan di bumi itu segala jenis hewan, dan pengisaran angin dan awan yang dikendalikan antara langit dan bumi; Sungguh (terdapat) tanda-tanda (keesaan dan kebesaran Allah) bagi kaum yang memahami (berakal).” (QS Al-Baqarah [2]: 164)
Lagi-lagi ayat di atas ditujukan kepada manusia yang berakal. Manusia mempunyai tugas untuk merenungkan tanda-tanda Allah SWT, dan menemukan cara-cara merealisasikan penguasaannya atas alam. Inilah yang nantinya membuat para manusia menjadi penemu-penemu sains modern. Mengembangkan ilmu pengetahuan yang jelas mereka ambil dari Al Qur’an. Membuat teknologi-teknologi canggih yang sekarang ini kita gunakan.
Semakin manusia berhasil merenungkan dahsyatnya ciptaan Allah di bumi, maka akan ada penemuan-penemuan dalam bidang astronomi, kimia, fisika, listrik, dan optik. Berbagai tokoh hebat pun bermunculan seperti Newton dengan teori gravitasinya, Michael faraday dan James Maxwell dengan teori arus listrik dan magnetnya, Al Khawarizmi dengan teori aljabarnya, Al Battani dengan temuannya dalam bidang astronomi dan trigonometri, dan masih banyak tokoh-tokoh yang lain. Ilmuan-ilmuan ini menciptakan penemuan-penemuan yang luar biasa tidak bisa terlepas dari rasa penasaran dan hasil pengamatannya pada segala ciptaan Allah di bumi.
Sudah seharusnya, kita memanfaatkan alam dengan sebaik-baiknya. Tidak hanya dengan menggunakan untuk diri kita sendiri dengan mengambil segala kekayaan yang memang diperuntukan untuk manusia. Tetapi kita juga bisa memanfaatkan alam untuk merenungkan betapa kekuasaan Allah begitu besar. Wasilah kita untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Lebih-lebih bisa menciptakan sebuah penemuan untuk peradaban dunia.
Tetapi, perlulah diingat bahwa pengetahu-pengetahuan yang manusia miliki tidaklah bisa menandingi pengetahuan Allah SWT. “Dan tidaklah kamu diberi pengetahuan melainkan sedikit” (QS. Al-Isra [17]: 85). Maka dari itu, janganlah sombong merasa menjadi makhluk yang paling sempurna. Teruslah menjadi baik dan selalu menyebarkan kebaikan kepada alam dan seluruh isinya. Dengan tetap menjaga hubungan baik dengan Allah SWT.
Oleh: Putri Nadillah, Santri Mansajul Ulum