Manusia hidup di dunia tidak terlepas dari keberagaman. Secara bahasa, keberagaman dimaknai sebagai hal beragam. Kata tersebut diambil dari kata “beragam” yang berarti bermacam-macam, berwarna-warni. Dalam hal keberagaman, manusia juga hadir memiliki perbedaan yang terdiri dari berbagai bentuk (agama, ras, suku dan budaya). Dijelaskan dalam buku “Mengudar (Istilah) Metodologi Fiqih Sosial” bahwasanya hakekat keberagaman berkaitan dengan segala bentuk perbedaan yang hadir dalam diri manusia.
Keberagaman merupakan karunia Allah SWT yang menciptakan berbangsa-bangsa dan bersuku-suku. Pesan Allah kepada umat manusia untuk menghargai keberagaman sangatlah jelas tergambar dalam Al-Qur’an surat al-Hujurat ayat 13 yang berbunyi:
يٰٓاَيُّهَا النَّاسُ اِنَّا خَلَقْنٰكُمْ مِّنْ ذَكَرٍ وَّاُنْثٰى وَجَعَلْنٰكُمْ شُعُوْبًا وَّقَبَاۤىِٕلَ لِتَعَارَفُوْا ۚ اِنَّ اَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللّٰهِ اَتْقٰىكُمْ ۗاِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ
Artinya: “Wahai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, Kami menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.”
Keberagaman Sebagai Latar Belakang Dasar Negara
Sebagai warga NKRI, istilah keberagaman sudah pasti tidak asing bagi kita. Bahkan Indonesia dikenal karena keberagamannya. Keberagaman ini terlihat dari banyaknya ras, suku, bahasa, ataupun budaya. Maka dari itu di negara kita keberagaman dijadikan latar belakang atas dasar dan simbol negara, yaitu Pancasila dan Bhineka Tunggal Ika.
Bhinneka Tunggal Ika diambil dari bahasa Sansekerta yang memiliki makna berbeda-beda tapi tetap di satu jua. Pesan yang disisipkan di dalamnya bisa diartikan bahwa keberagaman yang bermacam-macam tidak boleh menjadi sebab adanya keterpecahan atau kesenjangan dalam bangsa kita, justru seharusnya kita bisa belajar banyak tentang hal baru yg tidak ada dalam lingkungan terdekat kita. Hal ini membuktikan bahwa sebagai warga kenegaraan Indonesia kita harus mampu mengamalkan hal tersebut dengan cara saling menghargai antar sesama manusia.
Meskipun terdapat banyak perbedaan yang ada di sekitar kita, sebagai manusia kita tetap dianjurkan untuk saling mengasihi dan menebar kasih sayang. Adapun perintah ini merupakan prinsip risalah yang dibawa oleh Rasulullah. Dijelaskan dalam sebuah hadist yang diriwayatkan Imam Tirmidzi. Rasulullah bersabda:
الرَّاحِمُونَ يَرْحَمُهُمْ الرَّحْمَنُ ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ يَرْحَمْكُمْ مَنْ فِي السَّمَاءِ
Artinya: “Orang-orang yang pengasih dan penyayang akan dikasih dan disayangi oleh Allah maha pengasih dan penyayang. Tebarlah kasih sayang pada penduduk bumi niscaya kalian akan dirahmati penduduk langit.”
Hadis di atas membawa pesan mengenai pentingnya manusia di muka bumi ini untuk saling memberi kasih sayang tanpa memandang perbedaan apapun. Dalam konteks Islam, penggunaan kata ارْحَمُوا مَنْ فِي الْأَرْضِ menunjukkan arti bahwa untuk mendapatkan kasih sayang Allah, seorang muslim tidak semestinya hanya fokus untuk menyayangi sesama muslim saja. Akan tetapi, justru dengan menyayangi seluruh makhluk yang ada di bumi tanpa memandang agama, etnis dan budaya. Hal ini bisa menjadi wasilah bagi seorang muslim untuk mendapatkan kasih sayang dan ridho-Nya pula.
Dalam lingkungan pondok pesantren, perbedaan sudah menjadi hal yang biasa. Walaupun demikian, hal ini tidak menjadi kendala bagi mereka untuk saling mengasihi dan menyayangi. Seperti perbedaan bahasa (logat) ataupun budaya yang di bawa dari setiap santri. Selain itu, terdapat kegiatan dalam pondok pesantren yang sering dilakukan santri dan menjujung tinggi nilai menghargai yaitu musyawarah.
Mengutip dari pandangan kiai Sahal Mahfud “keberagaman harus diposisikan sebagai modal untuk mencapai tujuan bersama. Maka dari itu, sangat penting untuk memahami bahwa sikap menghargai dan menerima perbedaan dalam keberagaman itu sangatlah penting untuk keberlangsungan hidup menuju kedamaian.” Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa keberagaman merupakan hal yang tidak mungkin dihindari. Kendati demikian, keberagaman tersebut tidak dapat dijadikan alasan untuk tidak saling menyayangi dan menghargai. Wallahu a’lam.
Penulis: Umi Zalfa Zakiyyah, Santri Mansajul Ulum.