Menu

Mode Gelap

Kolom Jum'at · 11 Agu 2022 04:00 WIB ·

Haid : Ujian Perempuan di Bulan Puasa


 Haid : Ujian Perempuan di Bulan Puasa Perbesar

KOLOM JUM’AT XXXIX
Jum’at, 29 April 2022

Ramadhan merupakan bulan mulia di mana seluruh umat Islam berlomba-lomba untuk memperbanyak ibadah demi meraih pahala dan ridha Allah subhanahu wa ta’ala. Segala bentuk ibadah mulai dari puasa, shalat, membaca al-Quran, bersedekah, berdzikir, dan lainnya dilakukan dengan frekuensi lebih banyak daripada di bulan-bulan lainnya. Betapa tidak, di bulan ini seluruh amal baik dilipatgandakan pahalanya melebihi amal di luar bulan Ramadhan.

Namun sayangnya, kaum perempuan memiliki cerita lain di bulan Ramadhan. Mereka harus menerima kodrat dari alat reproduksi yang dimilikinya, yakni mengalami haid atau menstruasi setiap bulan. Itu memang tidak bisa dihindari. Hingga kerap kali para perempuan merasa gundah sebab tidak bisa berpuasa selama sebulan penuh, tidak bisa mengikuti jamaah shalat tarawih dari awal hingga akhir bulan, bahkan terkadang terhalang untuk mengkhatamkan al-Quran di bulan suci tersebut.

Banyak dari kaum perempuan merasa ibadahnya di bulan Ramadhan menjadi tidak sempurna karena harus terpotong oleh “agenda bulanan” ini. Terlebih lagi jika tamu tak diundang ini datang di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan. Emosi perempuan yang cenderung tidak stabil karena menstruasi bertambah campur aduk dengan perasaan bersalah dan resah karena harus melewatkan kesempatan emas untuk menyambut malam-malam seribu bulan, malam lailatul qadar.

Tentu saja tidak mudah bagi perempuan untuk menghadapi kenyataan ini. Namun, bukankah Allah berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 216:

وَعَسَىٰ أَنْ تَكْرَهُوا شَيْئًا وَهُوَ خَيْرٌ لَكُمْ ۖ وَعَسَىٰ أَنْ تُحِبُّوا شَيْئًا وَهُوَ شَرٌّ لَكُمْ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ

Artinya: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.”

Memang benar, di bulan Ramadhan umat Islam diuji dengan berpuasa dan melatih diri untuk bersabar menahan segala yang membatalkan. Namun barangkali bagi perempuan yang sedang haid, ujiannya bukanlah bersabar menahan godaan puasa, melainkan bersabar menerima ketetapan Allah baginya. Jika ia berlapang dada, sabar, dan ikhlas menjalaninya, bukan tidak mungkin pahala yang Allah berikan justru lebih banyak daripada saat ia berpuasa.

Uwais al-Qarni telah membuktikan bagaimana kesabaran dapat menjadikan seseorang memperoleh martabat yang sangat luhur bahkan di hadapan manusia paling mulia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Ia adalah seorang pemuda yang sangat ingin berjumpa dengan Nabi Muhammad SAW. Namun ia harus rela mengubur keinginannya demi memenuhi perintah ibunya. Ini merupakan teladan nyata bahwa sabar atas keadaan yang ada ternyata lebih utama daripada memaksakan sesuatu yang meskipun secara lahir adalah sebuah kebaikan yang sangat mulia.

Uwais bisa saja menunggu Rasulullah pulang dari perang agar ia dapat mewujudkan mimpi setiap muslim yakni untuk berjumpa dengan utusan Allah itu. Akan tetapi karena ingat dengan pesan ibunya, ia pun harus rela mengurungkan niatnya, dan bersabar atas kenyataan bahwa ia tidak bisa berjumpa dengan Rasul. Namun siapa sangka, buah kesabarannya itu membuatnya memiliki kedudukan istimewa di mata Nabi hingga beliau bersabda, “Sebaik-baik tabi’in adalah seorang lelaki yang bernama Uwais”. Meskipun tak menyandang predikat sebagai sahabat Nabi, tapi Uwais begitu dicintai Nabi bahkan namanya harum semerbak di kalangan penduduk langit.

Sementara Imam Ghazali dalam Ihya Ulumiddin mengisahkan, Nabi Dawud pernah bertanya, “Ya Allah apa balasan bagi orang yang tengah bersedih namun ia bersabar atas apa yang menimpanya karena mengharapkan ridha-Mu?” Allah pun berfirman, “Balasannya ialah akan aku kenakan ia pakaian iman yang tak akan pernah kulepas darinya selamanya”. Sementara Syekh Fudhail saat ditanya apa itu sabar. Beliau menjawab, sabar ialah kerelaan (ridha), yakni saat seseorang tak mengharapkan lebih dari kedudukan (keadaan) yang ada padanya saat ini.

Demikianlah seharusnya seorang perempuan yang sedang menghadapi haid di bulan Ramadhan. Meskipun beribadah di bulan suci ini, terlebih pada sepuluh hari terakhir, merupakan amal kebaikan yang sangat mulia, namun bersabar dan ikhlas menjalani takdir dan ketetapan Allah tidak kalah besar pahalanya. Mungkin beribadah secara penuh di bulan Ramadhan tampak lebih baik di matanya. Namun tetap saja yang terbaik adalah ketetapan Allah atas dirinya. Meskipun perlu adanya ‘azam untuk beribadah seandainya ia tidak sedang haid, akan tetapi kerelaannya untuk menerima keadaan akan lebih baik di sisi-Nya.

Perempuan yang sedang haid sebetulnya juga masih bisa melakukan amal kebaikan lain di bulan Ramadhan, di antaranya:

  1. Berdzikir kepada Allah setiap waktu dalam aktivitas apapun
  2. Mendengarkan bacaan al-Quran, memperbanyak istighfar, memohon ampunan, dan berdoa
  3. Mencari ilmu di majelis pengajian maupun dari sumber lainnya
  4. Bersedekah, memberi makan orang yang berpuasa, dan membantu fakir miskin
  5. Menyiapkan hidangan berbuka dan sahur, menjaga diri dari hal-hal yang dilarang dengan niat memuliakan bulan Ramadhan, dan masih banyak lagi ibadah lainnya.

Islam tidak pernah membatasi ibadah hanya dalam perkara ukhrawi antara Allah dan hamba-Nya saja. Melainkan setiap kebaikan, baik itu dilakukan kepada sesama manusia, atau kepada mahluk Allah yang lainnya, pastilah mendapatkan pahala di sisi-Nya. Bahkan perkara mubah saja bila diniatkan untuk kebaikan dapat bernilai pahala. Jadi tidak ada lagi alasan untuk para perempuan bersusah hati dan mengeluh lantaran tidak bisa menyempurnakan ibadahnya di bulan puasa. Yang terpenting adalah sabar dan ikhlas terlebih dahulu untuk menerima ketetapan Allah SWT. Niscaya akan lebih mudah untuk menggapai ridha-Nya melalui amal kebaikan lain yang tiada batasnya. Wallahu a’lam

Oleh: Irfatin Maisaroh, Ustadzah Madin Mansajul Ulum.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 42 kali

Baca Lainnya

Perempuan Guru Ulama Laki-laki Terkemuka

17 Januari 2025 - 09:35 WIB

Peradaban Babilonia: Refleksi dan Resolusi saat Tahun Baru

3 Januari 2025 - 19:35 WIB

Pentingnya Pendidikan Kesetaraan Gender bagi Laki-Laki

20 Desember 2024 - 18:02 WIB

Kritisisme, Juru Damai Rasionalisme dan Empirisme

6 Desember 2024 - 07:47 WIB

Urgensi Pesantren Ramah Anak

22 November 2024 - 13:35 WIB

Dampak Buruk Konsumsi Makanan Berlebih dalam Perspektif Dokter dan Ulama’

8 November 2024 - 14:45 WIB

Trending di Kolom Jum'at