KOLOM JUM’AT LI
Jum’at, 22 Juli 2022
Hujan merupakan sebuah rahmat dan rezeki yang Allah berikan kepada hamba-Nya. Dengan hujan, kondisi bumi yang asalnya tandus dan gersang bisa menjadi subur. Dengan hujan pula, kebutuhan makhluk hidup akan air dapat tercukupi. Oleh karena itu, sudah sepantasnya manusia bersyukur jika hujan turun. Namun, hujan juga bisa berubah menjadi bencana jika turun dengan intensitas tinggi dalam waktu cepat. Ia bisa mengakibatkan banjir atau longsor. Bencana tersebut dapat terjadi apabila manusia memperlakukan alam dengan seenaknya.
Alquran dan hadis, baik secara langsung maupun tidak langsung, telah mengajarkan kepada kita tentang cara dan etika membangun hubungan dengan Allah (hablum minallah), dengan sesama manusia (hablum minannas), maupun hubungan dengan alam (hablum minal alam). Jika kita cermati di dalam teks Alquran, banyak sekali ayat-ayat yang menjelaskan tentang alam semseta ini, meliputi gunung-gunung, bumi, langit, sungai, lautan, dan semua yang terkandung di dalamnya. Memang pada dasarnya Allah Swt telah menjadikan manusia sebagai khalifah di bumi dan memberikan amanah kepada mereka untuk mengurus dan mengelola bumi untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tetapi bukan berati manusia boleh memperlakukan alam ini dengan sesuka hati atau memperturutkan hawa nafsu tanpa memikirkan akibatnya.
Di dalam Alquran, Allah telah berpesan kepada manusia secara berulang-ulang untuk tidak melakukan kerusakan di bumi. Sebaliknya, Allah berpesan untuk merawat bumi ini dengan baik. Peristiwa banjir bandang yang menimpa daerah Pati minggu lalu merupakan akibat dari perbuatan kita sendiri. Selama ini kita kurang begitu peduli untuk merawat alam ini. Pembabatan hutan secara liar merupakan sebuah aib yang tak bisa ditutupi lagi. Penebangan pohon dilakukan di mana-mana. Hektaran lahan hutan berubah menjadi kebun singkong dan tebu. Lahan hijau telah berubah menjadi perumahan-perumahan yang dihuni manusia. Akibatnya, tak ada lagi akar pohon yang mampu menyerap air saat hujan. Ketika hujan deras datang, air langsung memenuhi sungai. Sementara sungai dimana-mana juga sudah mengalami pendangkalan akibat sampah manusia. Tidak heran jika terjadi banjir dimana-mana.
Jika terjadi banjir, banyak sekali kerugian yang kita tanggung. Meski peristiwa banjir hanya berlangsung dalam hitungan jam, tapi akibatnya sangat panjang dan menyebabkan kerugian materi yang banyak sekali. Ada beberapa rumah yang rusak parah. Alat transportasi yang mogok. Fasilitas umum yang terganggu. Roda perekonomian pun macet. Ia pun banyak menyisakan trauma psikis pada korban. Begitu banyak dampak yang diakibatkan banjir bandang tersebut.
Karena itu, peristiwa tersebut harus menjadi pelajaran berharga yang harus kita petik hikmahnya. Kita harus belajar untuk memperbaiki diri dalam membangun hubungan dengan alam secara lebih baik. Selain itu, kita juga harus belajar tentang cara menghadapi bencana alam yang tak terduga ini. Hal itu penting, agar bencana tak menyisakan trauma yang berkepanjangan.
Saat bencana itu sudah terjadi kita harus menghadapinya dengan kuat. Kita tidak boleh mengeluh ketika ujian itu telah datang. Sebaliknya, kita harus bersabar dan tetap bersyukur. Meski bencana telah menimpa, kita masih diberikan sisa umur yang memberikan kesempatan kepada kita untuk memperbaiki diri.
Jika kita berfikir lebih dalam lagi, kita bisa merenungkan alasan Allah memberikan musibah ini. Tak mungkin sebuah ujian yang Allah berikan tanpa ada tujuan yang harus kita pelajari. Dari bencana banjir kemarin itu bisa kita dapatkan beberapa pelajaran, diantaranya:
- Pelajaran tentang kesabaran, ketabahan, dan ketangguhan. Situasi yang sulit seperti menghadapi bencana, bisa melatih mental kita menjadi lebih tangguh. Ketangguhan mental ini sangat dibutuhkan dalam menghadapi tantangan kehidupan ke depan yang bermacam-macam.
- Pelajaran tentang pentingnya pelestarian alam. Peristiwa banjir dapat mengingatkan manusia, bahwa mereka tak bisa hidup tanpa alam. Alam semesta ini telah berjasa besar dalam mewujudkan kehidupan manusia yang berkualitas. Karena itu mereka perlu menjaga dan merawat kelestariannya.
- Pelajaran tentang pentingnya kepedulian kepada sesama. Peristiwa yang mengagetkan itu juga menjadi pengingat keras bagi kita yang selama ini tidak peduli dengan kesulitan saudara-saudara kita. Rutinitas dan tanggungjawab kita sering melupakan kita untuk saling peduli kepada sesama. Kita mengira bahwa harta melimpah yang kita miliki telah cukup bagi kehidupan kita. Tetapi ternyata itu semua tidak cukup. Saat bencana datang, harta yang kita miliki tak mampu membantu kita. Melainkan kita butuh saudara-saudara kita yang mungkin selama ini kita abaikan.
- Mengingatkan kepada kita tentang kebesaran Tuhan. Sesungguhnya manusia itu kecil sekali di hadapan Tuhan. Tetapi tak jarang kita melupakan-Nya. Anugerah dan nikmat yang dibarikan oleh-Nya banyak yang kita lupakan dan tak kita syukuri. Bahkan tidak sedikit besarnya nikmat itu telah menyebabkan kesombongan dan kecongkakan. Saat bencana datang, kita semua baru tersadar bahwa ternyata kita tak mampu apa-apa saat Allah memperlihatkan kebesaran-Nya melalui bencana banjir yang belum seberapa.
Dengan demikian, terjadinya bencana tak perlu kita ratapi berlarut-larut. Tetapi bencana harus membuat kita bangkit untuk lebih kuat dan sadar akan pentingnya mensyukuri nikmat-nikmat yang telah dianugerahkan melalui alam. Rasa syukur itu bisa kita wujudkan dengan cara semakin mendekatkan diri kepada-Nya dan peduli kepada makhluk sesama ciptaan-Nya. Selebihnya, kita meyakini bahwa musibah maupun cobaan tak ada yang ditimpakan oleh Tuhan kepada manusia, kecuali karena mereka kuat menghadapinya. Wallahu a’lam bisshawab.***
Oleh: Muhammad Sholihul Huda, Santri Mansajul Ulum.