KOLOM JUM’AT LXXIX
Jum’at, 21 Juli 2023
Keutamaan Bulan Muharrom
Bulan Muharram yang merupakan bulan pertama dalam penanggalan tahun Hijriyah merupakan salah bulan yang dihormati di dalam Islam. Ia disebut sebagai salah satu dari ‘Asyhur al-Hurum’ dalam Alquran. Untuk menghormati bulan ini, Allah secara tegas mengharamkan perang di dalamnya. Hal itu sebagaimana ditegaskan oleh Allah di dalam surat Al-Baqarah: 217:
يسألونك عن الشهرالحرام قتال فيه. قل قتال فيه كبير وصد عن سبيل الله وكفر به والمسجد الحرام وإخراج أهله منه أكبرعند الله والفتنة أشد من القتل. ولا يزالون يقاتلونكم حتى يردوكم عن دينكم إن استطاعوا ومن يرتدد منكم عن دينه فيمت وهو كافر فأولئك حبطت أعمالهم في الدنيا والأخرة وأولئك أصحاب النار هم فيها خالدون
Artinya:
“Mereka bertanya kepadamu (Muhammad) tentang berperang pada bulan haram. Katakanlah, berperang dalam bulan itu adalah (dosa) besar. Tetapi menghalangi (orang) dari jalan Allah, ingkar kepada-Nya, (menghalangi orang masuk) Masjidil haram, dan mengusir penduduk dari sekitarnya, lebih besar (dosanya) dalam pandangan Allah. Sedangkan fitnah lebih kejam daripada pembunuhan. Mereka tidak akan berhenti memerangi kamu sampai kamu murtad (keluar) dari agamamu, jika mereka sanggup. Barang siapa murtad di antara kamu dari agamanya, lalu dia mati dalam kekafiran, maka mereka itu sia-sia amalnya di dunia dan di akhirat, dan mereka itulah penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya.”
Peristiwa Penting Buoan Muharram
Keutamaan bulan Muharram yang lain adalah dipilihnya bulan ini oleh Allah sebaga waktu untuk menciptakan peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah para Nabi. Di antara peristiwa sejarah itu adalah:
- Diciptakannya Nabi Adam alaihis salam.
- Diterimanya taubat Nabi Adam akibat tergoda dari iblis.
- Dikeluarkannya Nabi Yunus dari perut ikan.
- Diterimanya taubat Nabi Yunus.
- Dilahirkannya Nabi Ibrahim ke dunia.
- Diselamatkannya Nabi Ibrahim dari api yang membakar dirinya oleh Raja Namrud.
- Dipertemukannya Nabi Yusuf dengan keluarganya kembali.
- Disembuhkannya Nabi Ya’qub dari kebutaan akibat kesedihannya berpisah dengan Nabi Yusuf.
- Diselamatkannya Nabi Musa dari kejaran Fir’aun.
- Dilahirkannya Nabi Isa alaihis salam
- Diangkatnya Nabi Isa ke langit
- Diciptakannya ruh Nabi Muhammad Saw.
Yang lebih menarik lagi bahwa semua peristiwa-peristiwa tersebut bukan hanya di bulan Muharram, melainkan terjadi di tanggal sepuluh Muharram. Tidak salah jika orang Jawa memiliki keyakinan bahwa tanggal sepuluh Suro atau Muharram ini dianggap sebagai hari yang sangat keramat dan diperingati dengan berbagai macam upacara-upacara tradisional. Dalam Islam sendiri, tanggal sepuluh Suro ini dikenal dengan nama hari Asyura. Bukan hanya orang Jawa yang menganggap tanggal sepuluh Muharram ini sebagai hari yang penting diperingati. Tetapi hampir seluruh tradisi agama-agama samawi juga menganggapnya penting. Saking pentingnya hari itu, ajaran agama-agama samawi memerintahkannya untuk berpuasa pada hari tersebut.
Ketika pertama kali Nabi hijrah ke Madinah, Nabi pernah bertanya kepada para kaum Yahudi yang berpuasa pada hari Asyura. Mereka menjawab bahwa hari tersebut merupakan hari kemenangan Nabi Musa dari kejaran Fir’aun. Karena itulah mereka merayakannya dengan berpuasa. Nabi merasa lebih berhak berpuasa pada hari itu dibanding orang Yahudi. Keterangan tersebut sebagaimana yang tercantum dalam salah satu hadis di bawah ini:
عن ابن عباس – رضي الله عنهما – قال: “قدم النبي -صلى الله عليه وسلم- المدينة فرأى اليهود تصوم يوم عاشوراء، فقال: ما هذا؟ قالوا: هذا يوم صالح، هذا يوم نجى الله بني إسرائيل من عدوهم فصامه موسى، قال: فأنا أحق بموسى منكم. فصامه وأمر بصيامه” رواه البخاري
Artinya:
Diriwayatkan dari Ibnu Abbas radhiyallah anhu ia berkata: “Rasulullah datang ke Madinah melihat orang Yahudi berpuasa hari Asyura’. Lalu beliau bertanya: “Apa ini?”. Mereka menjawab: “Ini adalah hari yang baik. Ini adalah hari di mana Allah telah menyelamatkan Bani Israil dari musuh mereka, maka Musa berpuasa pada hari itu.” Lalu Nabi berkata: “Saya tentu lebih berhak terhadap Nabi Musa dibanding kalian. Maka Nabi pun berpuasa pada hari itu dan memerintahkannya juga untuk berpuasa pada hari tersebut. HR. Imam Bukhari.
Berdasarkan hadis di atas dan hadis-hadis yang lain, ulama fuqaha’ menyatakan bahwa hukum asal puasa Asyura adalah wajib, yaitu pada masa belum adanya kewajiban puasa bulan Ramadhan. Tetapi setelah adanya puasa bulan Ramadhan, puasa hari Asyura’ hukumnya sunnah muakkadah. Karena Nabi pernah mengatakan bahwa: “Barang siapa yang berkenan, silahkan berpuasa, dan barangsiapa tidak berkenan, silahkan meninggalkannya.
Kesunnahan puasa Asyura ini perlu kita perhatikan. Karena besarnya pahala yang dijanjikan oleh Allah. Jika tidak darurat, setiap orang muslim hendaknya tidak meninggalkan puasa Asyura’ yang datangnya hanya sekali dalam setahun. Adapun pahala dari puasa tersebut adalah bisa melebur dosa selama setahun, sebagaimana disebutkan dalam hadis Riwayat Imam Muslim di bawah ini:
روى مسلم من حديث أبي قتادة مرفوعًا: “إن يوم عاشوراء يكفر سنة، وإن صيام يوم عرفة يكفر سنتين”
Artinya:
Imam Muslim meriwayatkan dari hadis Abi Qatadah secara marfu’ bahwa: “Sesungguhnya hari Asyura’ dapat melebur dosa setahun dan sesungguhnya puasa hari Arafah dapat melebur dosa dua tahun.”
Selain hari Asyura’, kesunnahan puasa bulan Muharram ini juga ditambahkan dengan puasa hari Tasu’a’ atau hari ke sembilan di bulan Muharram. Tujuannya agar amaliyah umat Islam tidak menyerupai dengan amaliyah orang Yahudi yang hanya berpuasa di tanggal sepuluh Muharram. Maka umat Islam berpuasa di tanggal sembilan dan sepuluh.
Sebagai seorang muslim yang taat, di bulan Muharram ini hendaknya kita upayakan menjalankan keutamaan-keutamaan puasa di atas. Hal itu sebagai bentuk rasa syukur dan upaya meningkatkan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Bukan saja karena pahalanya yang besar, tetapi juga untuk mengingatkan kita kepada peristiwa-peristiwa penting dalam sejarah agar dan merefleksikannya dalam kehidupan modern hari ini. Wallahu a’lam bisshawab.
Oleh: Muhammad Liwa’uddin, Pengasuh Pesantren Mansajul Ulum.