Menu

Mode Gelap

Kolom Jum'at · 10 Agu 2022 21:55 WIB ·

Kontribusi Santri untuk Negeri


 Sumber gambar : aljayusnadi.com Perbesar

Sumber gambar : aljayusnadi.com

Peringatan Hari Santri Nasional (HSN) adalah sebuah pengakuan pemerintah terhadap perjuangan kaum santri. Penetepan HSN ini telah dilakukan sejak 6 tahun yang lalu, tepatnya pada tanggal 15 Oktober 2015 melalui keputusan Presiden (KEPPRES) Nomor 22 tahun 2015. Keputusan tersebut ditandatangani langsung oleh Presiden Joko Widodo di Masjid Istiqlal, Jakarta.

Munculnya peringatan Hari Santri Nasional ini tidak luput dari peristiwa bersejarah pada masa lampau. Peristiwa dimaksud yaitu adanya Resolusi Jihad yang diserukan oleh Hadhrotusy Syaikh KH. Hasyim Asy’ari bersama para ulama dan santri pada tanggal 22 Oktober 1945. Isi dari Resolusi Jihad tersebut adalah menyerukan kepada seluruh rakyat, khiususnya para santri, untuk wajib ikut mempertahankan kemerdekaan Indonesia dari rongrongan penjajah. Resolusi Jihad ini akhirnya dapat menggugah hati masyarakat untuk berani melawan sekutu yang akan menjajah kembali wilayah Indonesia pasca Proklamasi Kemerdekaan. Resolusi Jihad ini juga menjadi bukti bahwa para ulama dan santri juga ikut berjuang untuk kemerdekaan negeri ini.

Perjuangan tersebut sempat dilupakan oleh sejarah Indonesia pada masa orde baru. Hingga peranan pesantren dan para santri kurang dianggap. Bahkan pesantren juga disudutkan sedemikian rupa. Karenanya, perhatian masyarakat dan pemerintah terhadap pesantren sangat minim. Bahkan sepanjang orde baru para santri sempat mendapatkan perlakuan diskriminatif dalam kebijakan pendidikan. Lulusan-lulusan pesantren tidak diakui pendidikannya. Ijazah mereka tak bisa digunakan untuk melanjutkan ke jenjang Pendidikan Tinggi.

Bukan hanya itu, Pondok Pesantren sebagai tempat para santri menuntut ilmu dengan menggunakan metode mengaji “kitab-kitab kuning” juga dianggap kuno dan ketinggalan zaman. Lulusannya dinilai kolot dan sangat tradisional. Tetapi kemandirian pesantren mampu membuktikan eksistensinya sebagai lembaga yang otonom. Pesantren tetap konsisten dengan sistem pendidikannya yang dianggap kuno sambil terus menerus melakukan pembaharuan dalam beberapa hal. Sekarang pesantren bukan lagi hanya menggunakan sistem salaf yang dianggap kuno. Tetapi juga ada yang mulai menyesuaikan diri dengan sistem modern. Pesantren seperti ini sering disebut sebagai pesantren khalaf atau modern. Tetapi ada pula pesantren yang mencoba menggabungkan sistem salaf dan khalaf sekaligus sebagai wujud mempertahankan tradisi dan menyesuaikan kebutuhan pembaharuan.

Meski selama tiga puluh lima tahun lebih, pesantren mengalami diskriminasi, tetapi pesantren tetap mampu konsisten membuktikan cintanya kepada tanah air dan negeri ini. Pesantren selalu berjalan menyesuaikan diri dengan kebijakan pemerintah. Bahkan tidak jarang santri justru menjadi garda terdepan dalam perjuangan itu. Sebagaimana yang pernah ditunjukkan oleh Gus Dur ketika mendukung ketetapan pemerintah tentang asas tunggal Pancasila. Konsistensi pesantren inilah yang menjadikan pesantren mampu melahirkan lulusan-lulusannya memiliki kompetensi keilmuan yang ‘matoh’ sekaligus menjadi warga bangsa yang cinta tanah air.

Konsistensi perjuangan dan kecintaan santri terhadap negeri itu kini telah kembali diakui. Moment Resolusi Jihad kini telah ditetapkan sebagai Hari Santri Nasional. Maka kita, para santri, wajib mensyukurinya. Ini adalah nikmat dan anugerah luar biasa dari Allah Swt. Rasa syukur kita itu harus kita wujudkan dengan terus menerus meningkatkan kualitas pesantren, baik sistem pendidikan maupun managemen pengelolaannya. Hingga pesantren mampu melahirkan lulusan-lulusan yang mampu berkompetisi menghadapi tantangan perubahan zaman dan mampu berkontribusi mempertahankan negeri ini dari penjajahan dalam bentuk apapun. Santri harus siap mengisi ruang-ruang perjuangan, baik pada lembaga pemerintah maupun non pemerintah. Resolusi Jihad serta keikutsertaan para alumi pondok pesantren dalam ranah pemerintahan adalah bukti sumbangsih penting dari pesantren untuk negeri. Dari zaman sebelum kemerdekaan sampai sekarang,  Kiai, santri dan pesantren turut berkontribusi dalam mengawal dan memajukan negara kesatuan Republik Indonesia.

Berkaitan dengan belum usainya permasalahan pandemi di Indonesia, tema yang diangkat pemerintah untuk Hari Santri tahun ini adalah “Santri Siaga Jiwa dan Raga”. Dengan tema tersebut diharapkan para santri di Indonesia selalu siap siaga mengerahkan jiwa dan raga untuk selalu membela tanah air, mempertahankan persatuan Indonesia, dan mewujudkan perdamaian dunia dengan mengupayakan terwujudnya kesehatan dan kesiagaan masyarakat dari ancaman pandemi.

Santri haruslah mampu menyikapi berbagai macam persoalan yang muncul dalam lingkungan mereka, baik masalah agama maupun negara. Oleh sebab itu, santri harus memiliki dedikasi yang tinggi dalam menjelajahi pengetahuan agama dan pengetahuan umum. Dengan kata lain, santri harus memiliki rasa keingintahuan yang tinggi dan mampu melahirkan inovasi-inovasi yang baru. Sehingga santri dapat menguasai berbagai bidang keilmuan untuk menjawab broblematika umat.

Santri yang hidup di era globalisasi dan di tengah pandemi seperti saat ini harus mampu menjadi pribadi yang selalu optimis, Tangguh, dan istiqomah mempertahankan nilai-nilai pesantren.  Selain itu mereka juga harus teguh dalam pendirian serta berani “berjihad” mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia tercinta ini dari ancaman pandemi dan tantangan perubahan apapun. Selamat Hari Santri Nasional!

Oleh: Siti Nikhayatul Ma’unah, alumni Mansajul Ulum tahun 2021.

Tulis Komentar
Artikel ini telah dibaca 495 kali

Baca Lainnya

Perempuan Guru Ulama Laki-laki Terkemuka

17 Januari 2025 - 09:35 WIB

Peradaban Babilonia: Refleksi dan Resolusi saat Tahun Baru

3 Januari 2025 - 19:35 WIB

Pentingnya Pendidikan Kesetaraan Gender bagi Laki-Laki

20 Desember 2024 - 18:02 WIB

Kritisisme, Juru Damai Rasionalisme dan Empirisme

6 Desember 2024 - 07:47 WIB

Urgensi Pesantren Ramah Anak

22 November 2024 - 13:35 WIB

Dampak Buruk Konsumsi Makanan Berlebih dalam Perspektif Dokter dan Ulama’

8 November 2024 - 14:45 WIB

Trending di Kolom Jum'at